Berita Viral | Berita Terpercaya | Berita Terkini | Info Berita Hari Ini | Berita Terkini
Tahun 2025 ditandai dengan ketidakstabilan ekonomi global yang menyebabkan banyak negara mengalami perlambatan pertumbuhan hingga masuk ke dalam jurang resesi. Para ahli ekonomi dari berbagai belahan dunia menyebut resesi ini sebagai yang paling kompleks dalam satu dekade terakhir karena melibatkan kombinasi dari berbagai faktor global yang saling memengaruhi.
1. Inflasi Tinggi yang Tak Kunjung Reda
Salah satu faktor utama penyebab resesi adalah inflasi tinggi yang masih berlanjut sejak awal dekade. Dampak pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya pulih, ditambah dengan ketegangan geopolitik, menyebabkan harga komoditas seperti minyak, gas, dan bahan pangan terus meroket. Bank sentral di banyak negara pun menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi, namun efeknya justru memperlambat pertumbuhan ekonomi secara drastis.
Menurut Dr. Laily Rachmawati, ekonom dari Universitas Indonesia, “Langkah pengetatan moneter yang ekstrem menekan daya beli masyarakat dan investasi. Ini menciptakan tekanan ganda bagi perekonomian global.”
2. Konflik Geopolitik yang Memanas
Ketegangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China berkontribusi besar terhadap ketidakpastian global. Perang dagang, sanksi ekonomi, dan konflik terbuka di beberapa wilayah menambah beban ekonomi yang telah rentan.
“Ketidakpastian geopolitik mendorong investor untuk menarik dananya dari pasar negara berkembang,” ujar Joseph Tan, analis senior dari Asia Economic Forum. “Ketika modal keluar secara besar-besaran, negara-negara tersebut mengalami tekanan kurs dan defisit yang memburuk.”
3. Krisis Energi dan Perubahan Iklim
Krisis energi menjadi faktor pemicu tambahan. Pasokan gas dari kawasan Eropa terganggu akibat konflik, sementara transisi ke energi hijau belum berjalan optimal. Hal ini menyebabkan kenaikan harga energi global, yang pada akhirnya berdampak pada sektor industri dan transportasi.
Perubahan iklim juga semakin memperburuk keadaan. Bencana alam yang meningkat intensitas dan frekuensinya mengganggu rantai pasokan global, menambah beban biaya produksi, serta memperlambat distribusi barang.
4. Disrupsi Teknologi dan Ketenagakerjaan
Transformasi digital yang terjadi secara masif turut berkontribusi dalam menciptakan ketimpangan dalam dunia kerja. Banyak perusahaan memangkas tenaga kerja karena otomatisasi, dan hal ini memperburuk angka pengangguran di tengah perlambatan ekonomi.
“Digitalisasi seharusnya menjadi solusi, namun tanpa kesiapan SDM dan regulasi yang adaptif, justru memperlebar jurang ketimpangan ekonomi,” jelas Rizky Darmawan, peneliti dari Center for Future Economy.
5. Dampak Terhadap Indonesia dan Negara Berkembang
Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, resesi ini memiliki dampak yang signifikan. Penurunan ekspor akibat pelemahan permintaan global, fluktuasi harga komoditas, serta pelemahan nilai tukar membuat anggaran negara semakin terbatas. Pemerintah pun menghadapi dilema antara menjaga pertumbuhan dan mengendalikan inflasi.
Meskipun demikian, beberapa analis optimis bahwa dengan kebijakan fiskal yang tepat dan diversifikasi ekonomi, Indonesia bisa tetap bertahan dan bahkan pulih lebih cepat dibanding negara lain.
Response (1)