Amnesia atau gangguan daya ingat sering diasosiasikan dengan usia lanjut, seperti pada penderita demensia atau Alzheimer. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena amnesia di usia muda semakin sering ditemukan. Bukan hanya lupa menaruh barang, tetapi sampai kehilangan memori jangka pendek atau bahkan identitas diri untuk sementara waktu.
Apakah hal ini terjadi karena faktor keturunan (genetik)? Atau justru karena pengaruh lingkungan seperti stres, trauma, atau pola hidup tidak sehat? Artikel ini akan mengupas secara komprehensif tentang penyebab amnesia di usia muda dari berbagai sisi medis dan psikologis.
Apa Itu Amnesia?
Amnesia adalah kondisi gangguan memori yang bisa berupa hilangnya ingatan jangka pendek, jangka panjang, atau keduanya. Penderitanya mungkin tidak bisa mengingat kejadian yang baru saja terjadi, atau bahkan tidak mengenali orang terdekatnya sendiri. Amnesia bukanlah penyakit tunggal, melainkan gejala dari gangguan lain di otak.
Ada dua jenis amnesia yang umum:
- Amnesia Anterograde: Sulit mengingat kejadian baru setelah trauma atau insiden.
- Amnesia Retrograde: Kehilangan memori sebelum peristiwa trauma terjadi.
Biasanya, amnesia terjadi akibat cedera otak, stroke, atau penyakit degeneratif. Tapi mengapa sekarang terjadi pada mereka yang masih muda?
1. Stres Kronis dan Tekanan Psikologis
Salah satu penyebab utama amnesia di usia muda adalah stres yang berlebihan. Tekanan akademik, masalah pekerjaan, tekanan sosial, dan kehidupan yang serba cepat membuat otak muda mudah kelelahan.
Stres memicu hormon kortisol, yang jika terus meningkat, bisa merusak hipokampus, bagian otak yang berperan dalam pembentukan dan pengaturan memori. Banyak kasus amnesia ringan pada remaja dan dewasa muda yang bermula dari stres akut atau gangguan cemas.
Contohnya, mahasiswa yang mengalami serangan panik saat ujian bisa mendadak lupa materi yang sebenarnya sudah dikuasai, atau bahkan lupa bagaimana cara menulis jawaban.
2. Trauma Psikologis atau Fisik
Amnesia juga bisa muncul akibat trauma berat, baik fisik maupun emosional. Pada kasus amnesia disosiatif, memori seseorang bisa menghilang sebagai bentuk perlindungan alam bawah sadar terhadap peristiwa yang terlalu menyakitkan.
Misalnya, korban kekerasan seksual atau kecelakaan tragis bisa mengalami kehilangan ingatan terhadap peristiwa tersebut, atau bahkan kehilangan identitas diri untuk sementara. Di sisi lain, trauma kepala akibat kecelakaan atau benturan keras juga dapat menyebabkan gangguan saraf yang berdampak langsung pada kemampuan mengingat.
3. Pola Tidur yang Buruk
Remaja dan dewasa muda sering mengabaikan pentingnya tidur. Padahal, konsolidasi memori—yakni proses penyimpanan informasi baru ke dalam memori jangka panjang—terjadi saat tidur.
Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk akan mengganggu proses ini, membuat seseorang mudah lupa bahkan mengalami kekosongan memori. Studi menunjukkan bahwa kurang dari 6 jam tidur per malam selama jangka panjang dapat berdampak buruk pada fungsi kognitif otak.
4. Konsumsi Alkohol dan Narkoba
Penggunaan zat psikoaktif seperti alkohol, ganja, atau obat penenang dalam jangka panjang dapat merusak fungsi otak. Alkohol, misalnya, menyebabkan blackout—yaitu kehilangan ingatan sementara terhadap peristiwa yang terjadi saat mabuk.
Zat-zat ini memengaruhi neurotransmiter otak dan menghambat komunikasi antar sel saraf, yang berperan besar dalam pembentukan memori.
5. Penyakit atau Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan gejala amnesia bahkan pada usia muda:
- Epilepsi lobus temporal
- Ensefalitis (radang otak)
- Tumor otak
- Defisiensi vitamin B1 (tiamin), yang penting untuk fungsi otak
- Gangguan tiroid, yang bisa menurunkan kemampuan konsentrasi dan ingatan
Pemeriksaan medis menyeluruh sangat diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan ini, terutama jika amnesia terjadi berulang tanpa sebab yang jelas.
6. Faktor Genetik
Meski jarang, faktor keturunan juga berperan. Beberapa gangguan neurodegeneratif, seperti Alzheimer familial atau penyakit Huntington, bisa diturunkan dari orang tua dan mulai menunjukkan gejala lebih awal.
Mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit degeneratif otak disarankan untuk lebih waspada dan menjaga gaya hidup sehat sejak dini, karena meski genetik, pemicunya bisa diperlambat atau dicegah.
7. Gangguan Kejiwaan dan Neuropsikiatri
Beberapa gangguan mental seperti depresi berat, gangguan bipolar, PTSD, dan skizofrenia juga dapat menyebabkan penurunan fungsi memori atau episode amnesia.
Pada kasus tertentu, gangguan kepribadian ganda (DID) juga melibatkan kondisi amnesia sebagai bagian dari mekanisme disosiatif.
Pengaruh Lingkungan vs Genetik: Mana Lebih Dominan?
Secara umum, penyebab amnesia di usia muda lebih sering bersifat lingkungan atau psikologis, bukan genetik. Faktor seperti stres, trauma, kurang tidur, dan gaya hidup tidak sehat lebih mendominasi.
Namun, faktor genetik bisa menjadi predisposisi, yaitu membuat seseorang lebih rentan jika menghadapi pemicu dari lingkungan. Dengan kata lain, kombinasi antara gen dan lingkunganlah yang berperan, namun lingkungan biasanya menjadi pemicu utama.
Pencegahan dan Cara Mengelola Risiko Amnesia Muda
- Tidur cukup: Usahakan tidur 7–9 jam per malam secara konsisten.
- Kelola stres: Latih mindfulness, meditasi, atau konsultasi ke psikolog bila perlu.
- Gaya hidup sehat: Hindari alkohol, narkoba, dan makanan ultra-proses.
- Aktivitas otak: Rajin membaca, belajar hal baru, dan bermain permainan otak.
- Periksa kesehatan rutin: Deteksi dini kondisi medis yang bisa memengaruhi otak.
- Jaga relasi sosial: Interaksi sosial terbukti menjaga kesehatan otak jangka panjang.
Kesimpulan
Amnesia di usia muda bukanlah mitos atau kejadian langka. Dalam dunia yang penuh tekanan, kurang tidur, dan gaya hidup instan, otak generasi muda semakin rentan mengalami gangguan memori. Meski faktor genetik berperan dalam beberapa kasus, pengaruh lingkungan dan gaya hidup adalah penyebab utama.
Penting bagi masyarakat, terutama anak muda, untuk tidak menganggap sepele gangguan daya ingat. Semakin cepat dikenali dan ditangani, semakin besar peluang untuk pemulihan penuh. Jagalah otak seperti Anda menjaga jantung—karena tanpa ingatan, siapa kita sebenarnya?
baca lainnya : self healing zaman now cara gen z pulih dari luka-batin