, , , ,

Steve Jobs dan Filosofi ‘Stay Hungry, Stay Foolish’ dalam Menghadapi Kegagalan

oleh -169 Dilihat
steve jobs
steve jobs
banner 468x60

Kabarpetang.com Kalimat Stay Hungry, Stay Foolish telah melekat erat dengan sosok visioner teknologi, Steve Jobs. Filosofi ini bukan sekadar kutipan dari pidato terkenalnya di Stanford University tahun 2005, tetapi juga representasi dari bagaimana ia menjalani hidup: berani lapar akan tantangan dan tidak takut terlihat bodoh saat mencoba hal baru. Bagi Jobs, dua hal itu adalah kunci untuk terus tumbuh, bahkan ketika menghadapi kegagalan besar dalam hidupnya.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri bagaimana filosofi ini memengaruhi perjalanan hidup Steve Jobs, terutama dalam menghadapi kegagalan besar yang sempat membuatnya tersingkir dari perusahaan yang ia dirikan sendiri—Apple.

banner 336x280

Awal Mula Filosofi ‘Stay Hungry, Stay Foolish’

Kutipan ini awalnya berasal dari halaman belakang majalah Whole Earth Catalog, sebuah publikasi legendaris pada tahun 1970-an yang menginspirasi banyak pemikir kreatif. Jobs mengutipnya sebagai nasihat terakhir dalam pidato wisuda Stanford, menggambarkan bagaimana rasa lapar untuk belajar dan keberanian mengambil risiko bisa membentuk jalan hidup seseorang.

Filosofi ini kemudian menjadi kerangka berpikir Jobs sepanjang kariernya—untuk selalu ingin tahu, berani mencoba, dan tetap rendah hati terhadap apa yang belum ia ketahui.


Kegagalan Terbesar: Dipecat dari Apple

Salah satu titik terendah dalam hidup Steve Jobs terjadi pada tahun 1985 ketika ia didepak dari Apple, perusahaan yang ia dirikan bersama Steve Wozniak di garasi rumahnya. Konflik internal dengan dewan direksi dan CEO John Sculley membuat Jobs terpaksa keluar dari perusahaan yang ia bangun sejak nol.

Bagi banyak orang, itu adalah akhir. Tapi tidak bagi Jobs. Ia mengatakan bahwa saat itu adalah “hal terbaik yang pernah terjadi padanya”, karena untuk pertama kalinya ia kembali merasakan semangat kebebasan dan kreativitas seorang pemula.

Filosofi “stay hungry” memotivasinya untuk tetap mencari tantangan, dan “stay foolish” membuatnya cukup berani untuk mengambil risiko besar berikutnya.


Bangkit dari Kegagalan: Mendirikan NeXT dan Membeli Pixar

Setelah keluar dari Apple, Steve Jobs tidak mundur dari dunia teknologi. Ia mendirikan perusahaan komputer baru bernama NeXT, yang meskipun tidak sesukses Apple secara komersial, berhasil mengembangkan sistem operasi canggih yang kelak akan menjadi fondasi macOS saat Apple membelinya.

Tak hanya itu, Jobs juga membeli Pixar, studio animasi kecil dari Lucasfilm. Di bawah kepemimpinannya, Pixar berkembang menjadi pelopor film animasi digital dan merilis Toy Story—film animasi panjang pertama yang sepenuhnya dibuat dengan CGI. Keputusan untuk membeli Pixar pada saat itu dianggap “bodoh” oleh banyak orang, tapi ternyata justru menjadi langkah visioner.

Ini adalah contoh nyata dari prinsip “stay foolish”—tidak takut membuat keputusan yang tampaknya gila, selama itu membawa potensi inovasi.


Kembali ke Apple: Momen Pembuktian

Pada tahun 1997, Apple mengalami kesulitan besar dan akhirnya mengakuisisi NeXT. Langkah ini membawa Jobs kembali ke perusahaan yang dulu menyingkirkannya. Dalam waktu singkat, ia memegang kendali dan mulai mengubah arah Apple secara drastis.

Ia memotong lini produk yang tidak fokus, memperkenalkan desain inovatif seperti iMac, dan membuka jalan bagi peluncuran produk revolusioner seperti iPod, iPhone, dan iPad.

Kembalinya Steve Jobs ke Apple bukan sekadar comeback, melainkan bukti bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar—selama seseorang tetap lapar akan visi dan tidak takut terlihat bodoh dalam mencoba hal baru.


Pelajaran dari Filosofi Steve Jobs

  1. Kegagalan Adalah Guru Terbaik
    Jobs mengajarkan bahwa kegagalan bukan musuh, melainkan bagian dari proses kreatif. Ia tidak akan bisa menciptakan ulang Apple tanpa pernah mengalami kegagalan besar sebelumnya.
  2. Rasa Ingin Tahu Harus Selalu Hidup
    “Stay hungry” berarti terus belajar, terus menggali ide baru, dan tidak pernah puas dengan apa yang sudah dicapai.
  3. Berani Terlihat Bodoh Adalah Kekuatan
    “Stay foolish” bukan berarti bertindak sembarangan, melainkan memiliki keberanian untuk mengejar ide yang belum tentu populer, bahkan bisa ditertawakan orang lain.
  4. Hidup Hanya Sekali, Gunakan untuk Sesuatu yang Bermakna
    Jobs percaya bahwa waktu adalah sumber daya paling berharga. Filosofi ini mendorong kita untuk tidak hidup dalam bayang-bayang ketakutan, tetapi mengambil kendali atas hidup sendiri.

Kesimpulan: Filosofi yang Masih Relevan hingga Kini

Lebih dari satu dekade sejak kepergiannya, warisan Steve Jobs masih hidup dalam inovasi dan cara berpikir para pemimpin dunia teknologi. Filosofi Stay Hungry, Stay Foolish bukan hanya sekadar kata-kata inspiratif, tapi strategi mental untuk menghadapi tantangan dan kegagalan dalam hidup.

Di tengah dunia yang berubah cepat, filosofi ini tetap relevan. Ketika kita merasa ragu, takut gagal, atau belum tahu harus melangkah ke mana, ingatlah pesan Jobs: teruslah lapar akan pengetahuan, dan jangan takut terlihat bodoh ketika belajar.

Baca juga https://dunialuar.id/

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.